pak ali (guru kwn gw di smp) : "oh karena kamu perempuan, makanya nama kamu 'her'dinda?"
dinda: "mmm, bukan pak, itu nama mama saya, 'her'a."
pak ali : "oh bukan karena kamu perempuan?"
dinda: "bukan pak."
pak ali: "tapi kamu perempuan kan?"
dinda: "iyalah pak."

zzzzz bgt.
tapi akhir2 ini gw lagi mempelajari: should the title 'her' becomes a burden?

semalem abis nelpon dimas, ketika dia lagi nunggu pesawat boarding jogja-jakarta.

dimas: "ada dua pilihan, ngalahin papa, ato ga usah daftar sama sekali. lo anak cewe sih. pasti kaya gini strugglenya. diempit"
dinda: "jadi mau bantuin apa engga?"
dimas: "yaudah. bayarannya harper via tiki ke jogja."

nope. there's no her-o without her.
no. there's no her-itage, no legacy in a her-editary without her
even her-oin is addictive. her is a need.

her shouldnt be a burden, it is a way.

No comments:

Post a Comment