bahkan dr. mahathir ngeblog

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian..” -pramoedya ananta toer.
 june 19, 2011. 1715 hrs

@balai pengobatan desa kutamandiri.
betapa bahagianya jadi pejabat. mungkin 2, 3, 4, sampai entah berapa tahun lagi, mungkin anak-anak indonesia punya satu lagi kategori cita-cita yang lucu miris. kalo udah gede mau jadi apa? mau jadi pejabat!
pejabat apa? pejabat desa, pejabat di kepolisian, pejabatnya kumpulan tukang sayur, pejabat lsm yang hobinya meluluhlantakkan diskotek menjelang ramadhan (saja), pejabat dimanalah. yang penting pejabat.

dinda: bapak bade diparios? daftar heula pak.
pak sekretaris desa: ini (menyebut nama)
dinda: bapak, ieu nomorna, engke diparios ku nomer.
pak sekdes: ( diam, seakan ga ngerti perkataan gw, dang, pdhl i practice those sentences so hard.)
dinda: mangga pak, diantos sakedap di lebet. nanti nomernya dipanggil, pak.
bapak satunya lagi: neng, ini teh pak sekdes. langsung diperiksa aja. ga usah ngantri (ato apalah bahasanya intinya itu)
dinda: tapi yang lain masih ngantri pak. (masih ada 30an orang lagi sebelum giliran si bapak sekdes.)
bapak satunya lagi: langsung aja neng.
dinda: (setelah berusaha mengerti, dan ga mngerti) yaudah pak, abis ini langsung pak sekdes.

enak jadi sekretaris desa. ato apapun.

dinda pas sd, pas jalan2 ama mama ke jogja nginep di rumah danrem.
dinda: nanti kalo gede aku jadi tentara aja ah
mama: kenapa?
dinda: enak, kalo masuk borobudur ga usah bayar.

ini masalah culture. rasanya udah dari jaman dulu, kumpeni duduk diatas, pribumi duduk di bawah. paradigma kota besar labih aneh lagi, laki-laki perut buncit dengan headset duduk, ibu-ibu bawa anak berdiri.

akan lebih menyenangkan (mungkin hanya buat gw):
-tanpa sampah
-ngantri
-respect of equality and equity.

--------------------------------------------------------------------------------------------
meninggalkan kamar right away setelah pulang BP, abis ngeberesin lemari, kamar dalam keadaan manusiawi saat pergi (setelah room like a disaster after exam). hawanya seneng pisan. going home.

home di jakarta, home di jatinangor. ga bisa tidur sepanjang perjalanan. too excited. rencana tidur di bis malah berubah jadi melek semelek-meleknya. mikir ini itu. though it was joyful. terbang pikiran gw ke tahun satu.. rumah

kemarin itu perjalanan paling full of insights. i felt like carry home along the road between homes.
because the road itself, indeed cozy.


2 comments:

  1. Tulisannya menarik Din, terutama di bagian "mencoba untuk mengerti dan ga ngerti", kalo kata Zaim Uchrowi semenjak Amangkurat II menjual bandar-bandar pelabuhan ke VOC Untuk mencapai kekuasaan maka budaya pesisir (egaliter dan kesetaraan) Indonesia menghilang. Realitas di negeri ini masih belum memenuhi harapan. Tapi, selalu usahakan yang terbaik. Salam. Affabile

    ReplyDelete
  2. affabile! banyak ya fakta masa lalu membuat hidup kita seperti sekarang ini. berharap kita bisa menjadi masa lalu yang baik buat generasi berikut-berikutnya. gw lagi belajar dari masa lalu: nelson mandela, mahathir mohamad, ali khameini, desmond tutu, soekarno. standard, dari wikipedia. hehe. better than nothing, i guess.

    ReplyDelete