rancapaku pagi ini.

menemukan ym belum dibuka dari dicky: "salah satu pemujaan tingkat terendah pada suatu kepasrahan adalah tidur saat mulai lelah" haha. dang it. susunan katanya bagus.

dari blog paulo coelho,di reblogged dari Bonnie Ware

For many years I worked in palliative care. My patients were those who had gone home to die. I was with them for the last three to twelve weeks of their lives.
When questioned about any regrets they had or anything they would do differently, common themes surfaced again and again. Here are the most common five:

1. I wish I’d had the courage to live a life true to myself, not the life others expected of me.
When people realize that their life is almost over and look back clearly on it, it is easy to see how many dreams have gone unfulfilled. Most people had to die knowing that it was due to choices they had made, or not made.
From the moment that you lose your health, it is too late. Health brings a freedom very few realize, until they no longer have it.

2. I wish I didn’t work so hard.

This came from every male patient that I nursed. All of the men I nursed deeply regretted spending so much of their lives on the treadmill of a work existence.

3. I wish I’d had the courage to express my feelings.

Many people suppressed their feelings in order to keep peace with others. As a result, they settled for a mediocre existence and never became who they were truly capable of becoming. Many developed illnesses relating to the bitterness and resentment they carried as a result.

4. I wish I had stayed in touch with my friends.

Often they would not truly realize the full benefits of old friends until their dying weeks and it was not always possible to track them down. Many had become so caught up in their own lives that they had let golden friendships slip by over the years. There were many deep regrets about not giving friendships the time and effort that they deserved. Everyone misses their friends when they are dying.

5. I wish that I had let myself be happier.
This is a surprisingly common one. Many did not realize until the end that happiness is a choice. They had stayed stuck in old patterns and habits. The so-called ‘comfort’ of familiarity overflowed into their emotions, as well as their physical lives. Fear of change had them pretending to others, and to their selves, that they were content. When deep within, they longed to laugh properly and have silliness in their life again.
TO READ THE FULL ARTICLE, CLICK HERE

happy day, people!

kkn day 5

june 30, 2011 0557hrs

sebenernya ga ada bedanya orang kota dengan orang desa. punya jam tangan, tapi masih memperkirakan waktu menggunakan arah bayangan tiang di tengah lapang, atau ngeliatin sekarang matahari ada di arah mana, lebih ke timur apa ke barat. haha. if time is what life made of, for them life is made of their Tuhan Sembilan Senti. i looked it up in internet :

tuham sembilan senti- taufiq ismail

Indonesia adalah sorga luar biasa ramah bagi perokok, tapi tempat siksa tak tertahankan bagi orang yang tak merokok.

Di sawah petani merokok,
di pabrik pekerja merokok,
di kantor pegawai merokok,
di kabinet menteri merokok,
di reses parlemen anggota DPR merokok,
di Mahkamah Agung yang bergaun toga merokok,
hansip-bintara-perwira nongkrong merokok,
di perkebunan pemetik buah kopi merokok,
di perahu nelayan penjaring ikan merokok,
di pabrik petasan pemilik modalnya merokok,
di pekuburan sebelum masuk kubur orang merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Di balik pagar SMU murid-murid mencuri-curi merokok,
di ruang kepala sekolah…ada guru merokok,
di kampus mahasiswa merokok,
di ruang kuliah dosen merokok,
di rapat POMG orang tua murid merokok,
di perpustakaan kecamatan ada siswa bertanya apakah ada buku tuntunan cara merokok.

Di angkot Kijang penumpang merokok,
di bis kota sumpek yang berdiri yang duduk orang bertanding merokok,
di loket penjualan karcis orang merokok,
di kereta api penuh sesak orang festival merokok,
di kapal penyeberangan antar pulau penumpang merokok,
di andong Yogya kusirnya merokok,
sampai kabarnya kuda andong minta diajari pula merokok.

Negeri kita ini sungguh nirwana kayangan para dewa-dewa bagi perokok, tapi tempat cobaan sangat berat bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di pasar orang merokok,
di warung Tegal pengunjung merokok,
di restoran, di toko buku orang merokok,
di kafe di diskotik para pengunjung merokok.

Bercakap-cakap kita jarak setengah meter tak tertahankan asap rokok,
bayangkan isteri-isteri yang bertahun-tahun menderita di kamar tidur
ketika melayani para suami yang bau mulut dan hidungnya mirip asbak rokok.

Duduk kita di tepi tempat tidur ketika dua orang bergumul saling menularkan HIV-AIDS sesamanya, tapi kita tidak ketularan penyakitnya. Duduk kita disebelah orang yang dengan cueknya mengepulkan asap rokok di kantor atau di stop-an bus, kita ketularan penyakitnya. Nikotin lebih jahat penularannya ketimbang HIV-AIDS.

Indonesia adalah sorga kultur pengembangbiakan nikotin paling subur di dunia, dan kita yang tak langsung menghirup sekali pun asap tembakau itu, bisa ketularan kena.

Di puskesmas pedesaan orang kampung merokok,
di apotik yang antri obat merokok,
di panti pijat tamu-tamu disilahkan merokok,
di ruang tunggu dokter pasien merokok,
dan ada juga dokter-dokter merokok.

Istirahat main tenis orang merokok,
di pinggir lapangan voli orang merokok,
menyandang raket badminton orang merokok,
pemain bola PSSI sembunyi-sembunyi merokok,
panitia pertandingan balap mobil, pertandingan bulutangkis, turnamen sepakbola mengemisngemis mencium kaki sponsor perusahaan rokok.

Di kamar kecil 12 meter kubik, sambil ‘ek-’ek orang goblok merokok,
di dalam lift gedung 15 tingkat dengan tak acuh orang goblok merokok,
di ruang sidang ber-AC penuh, dengan cueknya, pakai dasi, orang-orang goblok merokok.

Indonesia adalah semacam firdaus-jannatu-na’im sangat ramah bagi orang perokok, tapi tempat siksa kubur hidup-hidup bagi orang yang tak merokok.

Rokok telah menjadi dewa, berhala, tuhan baru, diam-diam menguasai kita.

Di sebuah ruang sidang ber-AC penuh, duduk sejumlah ulama terhormat merujuk kitab kuning dan mempersiapkan sejumlah fatwa.

Mereka ulama ahli hisap.
Haasaba, yuhaasibu, hisaaban.
Bukan ahli hisab ilmu falak,
tapi ahli hisap rokok.

Di antara jari telunjuk dan jari tengah mereka terselip berhala-berhala kecil, sembilan senti panjangnya, putih warnanya, kemana-mana dibawa dengan setia, satu kantong dengan kalung tasbih 99 butirnya.

Mengintip kita dari balik jendela ruang sidang, tampak kebanyakan mereka memegang rokok dengan tangan kanan, cuma sedikit yang memegang dengan tangan kiri.
Inikah gerangan pertanda yang terbanyak kelompok ashabul yamiin dan yang sedikit golongan ashabus syimaal?

Asap rokok mereka mengepul-ngepul di ruangan AC penuh itu.
Mamnu’ut tadkhiin, ya ustadz. Laa tasyrabud dukhaan, ya ustadz.
Kyai, ini ruangan ber-AC penuh.
Haadzihi al ghurfati malii’atun bi mukayyafi al hawwa’i.
Kalau tak tahan, di luar itu sajalah merokok.

Laa taqtuluu anfusakum. Min fadhlik, ya ustadz.
25 penyakit ada dalam khamr. Khamr diharamkan.
15 penyakit ada dalam daging khinzir (babi). Daging khinzir diharamkan.
4000 zat kimia beracun ada pada sebatang rokok. Patutnya rokok diapakan?

Tak perlu dijawab sekarang, ya ustadz. Wa yuharrimu ‘alayhimul khabaaith.
Mohon ini direnungkan tenang-tenang, karena pada zaman Rasulullah dahulu, sudah ada alkohol, sudah ada babi, tapi belum ada rokok.

Jadi ini PR untuk para ulama.
Tapi jangan karena ustadz ketagihan rokok, lantas hukumnya jadi dimakruh-makruhkan, jangan.

Para ulama ahli hisap itu terkejut mendengar perbandingan ini.
Banyak yang diam-diam membunuh tuhan-tuhan kecil yang kepalanya berapi itu, yaitu ujung rokok mereka.

Kini mereka berfikir. Biarkan mereka berfikir.
Asap rokok di ruangan ber-AC itu makin pengap, dan ada yang mulai terbatuk-batuk.

Pada saat sajak ini dibacakan malam hari ini, sejak tadi pagi sudah 120 orang di Indonesia mati karena penyakit rokok. Korban penyakit rokok lebih dahsyat ketimbang korban kecelakaan lalu lintas.

Lebih gawat ketimbang bencana banjir, gempa bumi dan longsor, cuma setingkat di bawah korban narkoba.

Pada saat sajak ini dibacakan, berhala-berhala kecil itu sangat berkuasa di negara kita,
jutaan jumlahnya, bersembunyi di dalam kantong baju dan celana, dibungkus dalam kertas berwarni dan berwarna, diiklankan dengan indah dan cerdasnya.

Tidak perlu wudhu atau tayammum menyucikan diri, tidak perlu ruku’ dan sujud untuk taqarrub pada tuhan-tuhan ini, karena orang akan khusyuk dan fana dalam nikmat lewat upacara menyalakan api dan sesajen asap tuhan-tuhan ini.

Rabbana, beri kami kekuatan menghadapi berhala-berhala ini.

kemarin kita harus memetakan potensi desa dll. yap, kelompok2 dibagi menjadi 4 grup, masing2 pergi ke dusun2 (strata lebih rendah dari desa, lebih tinggi dari RW). gw, adi, yuwafi, sama uli pergi ke dusun sukasari, jalan terus ke empangsari, ke perbatasan mekarjaya, muter lagi ke jalan besar. aduh, sayang ga punya petanya. kata adi sih kemarin kita jalan semacam 4 kiloan. -_____- cape? engga. seneng malah, yang gw ga seneng, sekarang pipi gw semacam ada gambaran irigasi di peta, ada perbatasan hitam putih. bzzztt. ga ngangka i will pay attention to my skin color!

oh iya, kemarin pas lagi jalan, ada uler nyebrang, gw langsung inget mimpi gw semalam sebelum berangkat KKN. gw mimpi banyak uler gitu di kamar gw. alhasil, temen2 yang lain mah semacam bawa energen 1 bungkus gede, gw bawa garem -_______-

masuk ke permasalahan desa. entah kenapa gw mau berbagi ilmu pertanian dan perikanan yang dikasi ama temen2.

1. ganggang itu bukan hanya di air laut juga, tapi kata adi di air tawar juga bisa
2. turbulensi yang dihasilkan debit air yang kecil ke muara yang lebih besar ga akan lebih jauh daripada yang debit input airnya besar. kebayang? gw sih kebayang, haha
3. kekeongan itu artinya kukunya masuk ke dalem, kaya sign and symptomnya asam urat kalo ga salah
4. hama beureum, kata ian itu sebenernya bukan hama. itu cuma sign and symptom aja, jadi ada kemungkinan, mungkin memang hama ato penyakit. nah kalo penyakit mungkin krn penggunaan pestisida. kalo mau disembuhin kita semacam bisa bikin pestisida dari bakteri ato jamur.
5. hari ini mau ikut anak pertanian ah. kemarin juga cerita2 ama yuwafi, anak sastra sunda. ternyata legenda tanah sunda tuh banyak. mulai cerita dari baduy, cibodas, cianjur, sumedang, dll. kebanyakan ttg kemampuan super manusia2 yang ga bisa ditembak, ga bisa dibacok, dll. secara medisnya gimana tuh din? punten, meneketehe.
6. hati orang sagitarius itu bikin bete gregetan. random
7. selama gw ga bisa basa sunda, gw ga bakal ngerti garingan si anak2 gelo. ih ya Allah, seneng.

alhamdulillah

jangan mau ama yang ga ada. jangan ga mau dengan apa yang udah ada.

june 29, 2011 0532hrs.

setelah melewati malam yang penuh determinasi, membingungkan, bikin resah.

so, i have this classified habit since january. so, its been 6 months. ga pernah tau outcomenya akan baik atau buruk. yang gw tau, nikmatin apa yang gw lakuin sekarang, because apa2 yang menyenangkan will not be there forever, dan kalopun ternyata hal ini jadi masalah, the problem wont last forever. jadi, stay cool.

i decided to stop last night. hahaha, ini semacam gw membicarakan angin yang ga berbentuk. ga tau juga outcome setelah di halt akan baik ato buruk. yang jelas, bikin resah.

so, gw mulai mengalihkan pikiran ke hal2 lain, berupa: nanyain kabar orang2. dan berbicara ttg beberapa hal serius ke beberapa teman2. thx God ada bbm dan ym dan skype dan apapun itu yang mengalihkan.

dengan dicky:
dinda: is being honest a good thing or a bad thing?
dicky: its about measuring something beneficial, not about good or bad
bagus yah. so i put that sentence on my bbm status

dengan rani:
rani: gimana din?
dinda: sudah mulai resah
rani: lo yang mulai, harus siap --> ini bener2 source of energy
dinda: me hug you from here.
i told her i really wished she was here. really. *ga ngegombal
kalo udah jadi anak kosan, kadang kangen ama mama ga segitunya dibanding kangen ama those long nights talking ngalor ngidul ama rani, astri, au, dll

dengan miko:
dinda: kayanya bbrpa hari kedepan lo dan bbrp tmn lain akan gw gangguin terus. gpp ya?
miko: galau tuh biar ga lama emang harus dibagi2, din.
dinda: iya emang, kalo disimpen di satu orang, begitu ilang, ga karuan gitu. samvah.


semoga gw dpt memanfaatkan waktu dengan baik. semoga hal2 penting aja yang gw pikirin. semoga gw menyadari hal2 disekitar gw yang lebih penting untuk dipikirin.

me hug my friends!

kkn day 3 day 4

june 28, 2011 1836hrs

ini benar2 hilang orientasi waktu! udah ga tau ini hari apa, ga tau ini kkn hari keberapa, bersyukur sama Allah karena 1 hari sama dengan 24 jam. ga lebih. beda ama sooca yang berharap 1 hari 72 jam tidak termasuk waktu tidur.

hmm. we will see what i observed so far. disini, barangkali rokok itu hal pertama yang identik sama bapak2 disini. wih, dimana2 asbak sama asap rokok. sama sih, tmen2 kkn yang co juga pada ngerokok. ga aneh sih, cuma yang aneh, di rumah kontrakan mereka itu, ada satu celah yang lebarnya pas 1 bungkus rokok, panjangnya 1,5 m lebih, 2 m meureun. di dlm celah itu, ditumpuk bungkus rokok, ada kali 100an bungkus rokok, mungkin lebih. yaa.. ga aneh lah ya kalo tiap malem gw bengek. *ini seperti gw harus berhenti asma a.s.a.p

eh oh iya, i wanna share this, badly.

mempelajari karakteristik orang itu selalu fascinating. i discover something.
1. seorang anak itu harus, harus, dilepas tidur sendiri. karena itu berarti belajar mandiri. mungkin some of you guys will think this is a common knowledge. yes, its true. but when you find a case, you will, i guarantee you will understand deeply why letting a kid having his/her own room is important. punya kamar sendiri, tidak dibiasakan bergantung dengan teman sekamar, kakak sekamar, mama sekamar itu penting supaya anak tsb ga manja. supaya anak itu tau caranya hidup TANPA orang lain. bahasa gampangnya, kalo dia dilepas di terminal, dia tau jalan pulang, bukan nelpon terus nangis minta dijemput.*okay, thats too much, haha.
2. kapan2 gw terusin deh. kalo mood.

gw sedikit bingung nih sebenernya di kkn. gw belajar banyaak bgt, ttg tmn2, ttg courtesy di desa, ttg perikanan, ttg pertanian, ttg aparatur desa, tapi ngerasa ga optimal. mungkin belum 100 persen. kadang gw berpikir, ambang rasa ingin tahu gw sangat tinggi.

star of today: dewi!~

kkn day 1 day 2

june 26, 2011 1722 pm

kang barry : gimana 1st day of kkn?
dinda: kaget. ga nyangka dpt sinyal bbm ama inet disini.
kang barry: cepetan bbm disitu drpd di kamar lu neng.
dinda: berarti kampungan nangor ya drpd rancapaku. haha

rani: air disini langsung dari gunung. dingin banget, kaya ampe pgn bakar diri.
dinda: terus gimana kabar wc berlubangnya?
rani: alhamdulillah masih bisa retention. gw bingung besok pas bab gimana.
dinda: semangat ya raaann, kamu pasti bisa

ecky: gila jalanannya tanjakan naik turunnya gelo. tadi gw pinjem motor beli makanan ama air, jatoh aja
dinda: yah, terus jadinya pada makan apa?
ecky: ya makan ajayang utuh
dinda: semangat ya ecky, pasti bisa!
terus si ecky cerita ttg wc bambunya, cerita ttg dinginnya dll

ALHAMDULILLAH. disini masih bisa ngerjain skripsi.
wcnya wc jongkok, airnya dari pam, galonnya penuh, ada dvd player, tv, printer!
pas ecky, dandon, rani kedinginan, malem kmrn aku tidur dengan 1 sarung.

namanya desa rancapaku, kecamatan padakembang, kabupaten tasikmalaya.
sekitar 3 jam dari jatinangor, hmm. aku seneng.
ketemu orang baru, ngobrol2 sama bapak2 yang tau banyak ttg sejarah gunung galunggung.
mungkin ga bisa cerita banyak ttg desanya. belum keliling2.

tapi so far so good. may be continue. harus ngirim bab 1, asap ke dr. guswan. wish me luck.
oia, ini appreciation to the max buat tmn2 kkn yang kompak asik gahol asik asik asik

pamagetannya:
yuwafi-sastra sunda, kordes, kocak
rudolf-perikanan dan kelautan, serem2 gentle
ryan-geologi, berisik asik
nuradi-geologi, pacarnya uli, bijak2 gelo
ian-pertanian, diem2 sepertinya seru
andre-pertanian, diem2 oke
harland-sastra jepang, tukang ngilang

istrinya:
uli-mipa biologi, baik simpatik
didi-perikanan kelautan, ngegaring to the max
dewi-perikanan kelautan, kembarannya didi, si jerapah
tazki-kedokteran, biasalah, si ulet bulu
icha-kedokteran, basa sundanya alus pisan, bikin kepeleset
teh mima-kedokteran, the supplier
dwi-teknik industri pangan, conan lover! love her
inez-teknik industri pangan, the helper by observing

will love this group so much. sejauh ini, kami saling melengkapi, beybih.

---------------------------------------------------------------------
intermezzo dr.hendro

gw baru turun dari tangga asysyifaa', ngelirik ke sebelah kanan, mikir: "hmm seperti dr.hendro" *buru2 turun, pake sepatu, pengen kabur.
pas berbalik: yah, kegep. "assalamualaykum dr."
dr. hendro: eh si eneng. eneng remed sirkumsisi yah?
dinda: _------------------------------_,, (koprol) kok dr tau?
dh: yah kan namanya ada di list. pas diliat, lah nama si eneng nih, pas lagi ngawas, wah itu suara si eneng tuh di sebelah.
dinda: padahal udah sengaja ga masuk ruangan dr hendro supaya ga ketauan, malu dok, hehe
dh: ah gapapa. biasa itu mah
dinda dlm hati: GUE GA BAKAL REMED OSCE LAGIH!
--------------------------------------------------------------------

ih mau nerusin cerita ttg dr guswan, miko, dan bimbingan skripsi pertama. tapi tmn2 kkn lagi pada cerita hantu. mau ngedengerin! dadadadaaaa
btw, remind myself: dinda, kamu jadi orang jangan terlalu jujur ya. *cerita bersambung ini ya, tapi ga tau mau disambungin apa engga.

udah maghribjuga. assalamualaykum!

review prior KKN: untuk menjadi orang besar

dec 28, 09 18.36

kata mario teguh, untuk menjadi orang besar, bersederhanalah.

emang cuma setengah-setengah dengernya, sampe sekarangpun, logika gw belum yakin apa bentuk sederhana yg gw pikiran sesuai ama sederhana yg dimaksud mario teguh. yet, its true in anyways that untuk menjadi seorang yang 'besar,' kita harus menjalani satu proses kecil2 yang nantinya jadi tolok ukur. hingga kita bisa berkesimpulan, ''ooh, ini loh yang namanya menjadi orang besar..''

tergantung sih. besar dalam arti apa. i am obviously not talking 'big' as in size yaa, gw bicara besar dalam arti peran, kontribusi, kerelaan hati, sahaja.

sederhana. sederhana aja, misalnya dalam hal berbahasa. bahasa itu kan bener2 sehari2 ya? seperti posting/note yang pernah gw tulis, gw suka kata2. kata2 as words as vocabularies, menggambarkan kekayaan intelligence. di kasus kesederhanaan ini, kekayaan intellegence ini yang harus disederhanakan. thats the real challange.

mm, makin banyak kata/vocab yang bisa menggambarkan dengan tepat perasaan/ekspresi/opini yg kita punya, makin besar pengaruh, atau lebih tepatnya tendency, untuk menggunakan kata itu, padahal, belum tentu maksudnya nyampe ke target bicara kita.

itu kesederhanaan yang paling sederhana. sederhana dalam berkomunikasi, dalam menyampaikan sesuatu ke suatu pihak.

sekarang, banyak banget orang2 yang lagi belajar untuk menjadi besar, justru menyulitkan dirinya dengan kata2nya. emang sih, gw pernah ngerasain, rasanya ada rasa superior tertentu saat apa yg kita sampaikan hanya dimengerti oleh orang2 yang pemikirannya at least selevel ama kita. salah? salah!

itu salah, kenapa? karena ga ada yang menguntungkan dari hal itu. kesan eksklusif dari apa yang kita lontarkan dari mulut, hasil olah kata di otak justru ga bisa dinikmati banyak org, percuma. karena tujuan dari komunikasi adalah menyampaikan apa yang kita pikirkan untuk mendapat respon dari org lain. kalo yang ngerespon cuma dikit, sama aja ga memperkaya sudut pandang.

yah, walaupun 'ga menguntungkan' bukan berarti salah.

untuk menjadi besar, memang harus sederhana. karena sederhana itu susah.

dalam berkata2, banyak temen2 gw, bahkan gw sendiri, sering tenggelam dalam kosakata 'high-class' nya. jadi terkesan abstrak. mungkin kalo untuk personal pleasure gapapa, tapi ketika 'high-class' kosakata itu digunakan di satu forum yang mangsanya orang dari berbagai latar belakang, pola pikir dsb dsb. itu semua sia-sia.

gw dan bahasa inggris gw yang suka keluar ga pada tempatnya. itu salah. well, bukan salah, ga menguntungkan

dia dan kosakata kelas tingginya di forum multibackground audience. itu ga menguntungkan.

dulu, gw pikir menggunakan kata2 susah menggambarkan level ilmu kita. ternyata engga.

menggunakan kata2 sederhana dan kita bisa menyampaikan the exact, perasaan kita dengan tepat. itu baru pintar.

memperlihatkan diri sebagai org yg pintar itu ga susah. memperlihatkan diri sebagai org biasa aja tapi sebenernya cerdas, itu baru susah.

menjadi satu orang yang signifikan itu gampang. kita tau kita dan semua org bisa menjadi seorang yang signifikan. the real challange is, tantangan yang sebenernya adalah menjadi orang yg signifikan disaat yang tepat, bukan mengumbar kesignifikanan. menjadi orang2 yang biasa aja disaat mereka tau mereka itu bukan orang biasa.

--- mempelajari proses mereka, yang sudah menjadi seorang taufiq ismail, anis baswedan, mario teguh.
 --------------------------------------------------------------


june 24, 2011. 1545 hrs
desa rancapaku, kecamatan padakembang, tasikmalaya. selama satu bulan, akan gw pantau diri gw sendiri, mengontrol pemanfaatan kesempatan gw untuk menjadi sebaik2nya dinda. cuma satu: supaya orang di sekitar saya senang dengan keberadaan saya. may Allah permits.

prior to KKN

gw akan belajar sebanyak-banyaknya! akan gw rekam, dan harus gw jadikan momen yang tidak tergantikan! semoga Allah memudahkan : KKN kita, skripsi kita, any kinds of path which will be taken for us.

bahkan dr. mahathir ngeblog

"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian..” -pramoedya ananta toer.
 june 19, 2011. 1715 hrs

@balai pengobatan desa kutamandiri.
betapa bahagianya jadi pejabat. mungkin 2, 3, 4, sampai entah berapa tahun lagi, mungkin anak-anak indonesia punya satu lagi kategori cita-cita yang lucu miris. kalo udah gede mau jadi apa? mau jadi pejabat!
pejabat apa? pejabat desa, pejabat di kepolisian, pejabatnya kumpulan tukang sayur, pejabat lsm yang hobinya meluluhlantakkan diskotek menjelang ramadhan (saja), pejabat dimanalah. yang penting pejabat.

dinda: bapak bade diparios? daftar heula pak.
pak sekretaris desa: ini (menyebut nama)
dinda: bapak, ieu nomorna, engke diparios ku nomer.
pak sekdes: ( diam, seakan ga ngerti perkataan gw, dang, pdhl i practice those sentences so hard.)
dinda: mangga pak, diantos sakedap di lebet. nanti nomernya dipanggil, pak.
bapak satunya lagi: neng, ini teh pak sekdes. langsung diperiksa aja. ga usah ngantri (ato apalah bahasanya intinya itu)
dinda: tapi yang lain masih ngantri pak. (masih ada 30an orang lagi sebelum giliran si bapak sekdes.)
bapak satunya lagi: langsung aja neng.
dinda: (setelah berusaha mengerti, dan ga mngerti) yaudah pak, abis ini langsung pak sekdes.

enak jadi sekretaris desa. ato apapun.

dinda pas sd, pas jalan2 ama mama ke jogja nginep di rumah danrem.
dinda: nanti kalo gede aku jadi tentara aja ah
mama: kenapa?
dinda: enak, kalo masuk borobudur ga usah bayar.

ini masalah culture. rasanya udah dari jaman dulu, kumpeni duduk diatas, pribumi duduk di bawah. paradigma kota besar labih aneh lagi, laki-laki perut buncit dengan headset duduk, ibu-ibu bawa anak berdiri.

akan lebih menyenangkan (mungkin hanya buat gw):
-tanpa sampah
-ngantri
-respect of equality and equity.

--------------------------------------------------------------------------------------------
meninggalkan kamar right away setelah pulang BP, abis ngeberesin lemari, kamar dalam keadaan manusiawi saat pergi (setelah room like a disaster after exam). hawanya seneng pisan. going home.

home di jakarta, home di jatinangor. ga bisa tidur sepanjang perjalanan. too excited. rencana tidur di bis malah berubah jadi melek semelek-meleknya. mikir ini itu. though it was joyful. terbang pikiran gw ke tahun satu.. rumah

kemarin itu perjalanan paling full of insights. i felt like carry home along the road between homes.
because the road itself, indeed cozy.


better. than nothing to be felt.

june 19, 1003 hrs

this is me inside, looking outside from the other side of window.
watching the coming of sorrow.

thank Allah gives me sadness. at least now i know i am sensing.

*hoping for somebody waking me up from this nightmare becoming daymare.
slap me.
------------------------------------------------------------------------------

tau whats so good ikut balai pengobatan?
i realized, pasien menunggu our presence.
its nice to know people out there, dont know you, but wait for you.
its always to know that there is something, waiting for us, beside our own death.

*thx for over one semester attention, teaching me not to hope so much, not to wait too long, to be ikhlas along the way, even without knowing the last page of the story.

teu romatis.

june 12. 7.12 am

harusnya sih ngafalin osce. tapi theres something more fun to do. *atulah dind.
guess what guess what? call me norak, i wont mind. gw baru tau aja kalo bbm teh works unlimitedly bu states! pagi ini gw chatting ama miguel via bb! awesome, crazy, stunning..

asa aneh tapi. artinya gw bisa ngeliat dia ganti status, ganti foto, lalala, with or without saying a word ga sih? maksudnya, ya elah, males juga ngomment, nyapa tiap pagi, or whatsoever. kedekatan maya itu aneh menurut gw. they are there, anytime i wanna talk to them, just click. it also reveals how ignorant we are ga sih? sama aja kaya facebook. ama ym. apapun.

rasanya tuh aneh, ngeadd temen sd yang kaya 15 tahun ga ngomong, ngadd di fb. udah aja, abis itu diem. ini kaynya gwnya aja sih yang ga jago basa-basi.

tapi gw putuskan bahwa dunia maya aneh akhir2 ini. at least, gw ngerasa kaya gitu. karena itu nurunin kadar kangen seseorang.

ga romantis menurut gw. jadi kaya ga ada effort. mmm, emang ga seharusnya diliat dari effort sih, tapi gw melihat banyak hal dari sisi effort. that reflects soalnya.

meracau gini. yaa intinya gw lebih seneng orang tuh ngirim surat kali yah daripada ngirimin gw sms. tapi bukan berarti gw suka orang ke kosan gw naik sepeda 2 jam disaat dia bisa pake angkot 15 menit juga.

tapi apapunlah. kalo niat buat nyenengin hati orang mah, cuma sekedar nepuk punggung ama hi will work sih.
*ini apa sih.


pokoknya fb, twitter, bb, ym itu ga romantis. period.
gw prefer email drpd fb post. prefer sms drpd bbm/ym.

kuncup mimpi yang berubah jadi nyata.

june 10, 2011, 1755 hrs. *besok sooca

Kita Pernah Saling Memimpikan
Berlari-lari Tuk Wujudkan Kenyataan
Lewati Segala Keterasingan
Lalu Jalan Sempit Yang Tak Pernah Bertuan

Ingatkan Kawan Kita Pernah Berpeluh Cacian
Digerayangi Dan Digeliati Kesepian
Walaupun Sejenak lepas Dari Beban
Tuk lewati Ruang Gelap Yang Teramat Dalam

Hidup Ini Hanya Kepingan
Yang Terasing Di Lautan
Memaksa Kita
Memendam Kepedihan

Tapi Kita Juga Pernah Duduk Bermahkota
Kucup-kucup Mimpi Yang Berubah Jadi Nyata
Dicumbui Harumnya Putik-putik Bunga
Putik Impian Yang Membawa Kita Lupa

Hidup Ini Hanya Kepingan
Yang Terasing Di Lautan
Memaksa Kita
Memendam Kepedihan

Hidup Ini Hanya Kepingan
Yang Terasing Di Lautan
Memaksa Kita
Merubah Jadi Tawa



ngopi miko:
"Klo A sujud syukur depan dosen,
klo B sujud syukur di depan ruangan,
klo Csujud syukur krn ga remed,
klo D sujud syukur bs belajar lebih banyak lagi :)
intinya semuanya harus disyukuri."

ngopi nadhila:
"maksudnya ngapain sih pusing2 mikir ntar gw dpt nilai brp, lulus apa kagak. Toh yang dinilai Allah tuh bukan nilai sooca kita tapi ikhtiarnya."

pasti ada jalan sempit ga bertuan, pasti ada ruang gelap yang dalam.
as well as pasti ada kuncup mimpi yang berubah jadi nyata.

i totally know what i want, Allah knows whats best. let those be synergized (if it is a word).
#sistem yang sedikit adem ayem. malah jadi galau karena kadar galau gw kurang -______-
#alhamdulillah atas ketenangan hati.
#udah maghrib. shalat. tilawah. baca. baca. baca. hingga tetes terakhir!

travel-mates

june 7, 2011. 12.08 pm

katanya, "sport doesnt build characters. it reveals it."

like traveling. it reveals characters. thats why most of the time love grows or hatred flashes between travel-mates. sifat aslinya keliatan.
traveling is one way, for me, to discover the base of my travelmate's iceberg.

i have discovered my mom's iceberg, and my sister's. a lot to learn, and also a lot to handle :) - november 2010
i have discovered my dad's and a lil of my bro's. - july 2006

my favorite mate is my dad! he always will be.

the upcoming trip will be a test. may 'program nyenengin hati mama' berjalan mulus. hope i pass. amin.

*jadi kepikiran, at least once in my life, gw mau traveling ke 1 tempat, dengan orang yang gw suka. pengen liat, in the end, dia masih jadi org yg gw adore apa engga. dan traveling dg orang yang gw ga suka for no reason, we'll see apakah dia jadi pribadi yg menyenangkan ato engga.

*thx to otto yg somehow mengajarkan gw untuk jadi pribadi yang menyenangkan hari ini

*thx to rani, yang udah jadi travel mate yg awesome long weekend kemarin. may my family doesnt intrigue you. haha. hope you had a good time in my folks dining table. peluukk

*thx to th mooi yang ngebawa hawa2 life is bomb! kinda feeling dini hari ini.

*to do list hari ini: email talitha, mr.galvas, beverley, mbak wati. not much to say. but sometimes, hi aja udah bisa melepas penat. #ajaran otto

*happy sooca, people!

stranger.

june 7, 2011. 1.18 am

show your inner strange!

you know what? being a stranger is what i enjoy the most lately. to live in somebody's life, only for their 2 minutes, their an hour, their some hours.

a stranger is living without anything to commit. datang dan pergi seenaknya. tanpa harus merasa bersalah. dangit.

me, a stranger who avoids strangers. now i know why kids shouldnt conversate with strangers. because strangers are dangerous, it hurts hearts

yet, thank God, some strangers settle.

#selamat.sooca!
may 7, 2007

ashland's sky,

the city of students. freedom of enjoying literatures.
drowning souls within arts.
freedom of sorting characteristics. in gestures, in expressions.

fascinated by spring, drama play,
hand in hand with strangers,
starbucks, hotdog, and 0.25 cents gum.

was thinking that those hugs might wont happen again. or might be a tighter hugs in the future.

dice.

i will cut some paragraphs from " Kitchen Table Wisdom" by Rachel Naomi Remen, M.D

Mirror Image.
Jess is a history professor who is one of the identical twins, brothers whose strong physical resemblance often confuses their friends, even now at thirty-five. All through childhood they had been dressed alike and only their parents could tell them apart. When Jess's twin was diagnosed with malignant melanoma, Jess knew that he too would suffer this disease. It took two years for his cancer to show up, in almost the same place as Jamie's but on the opposite side. Mirror image. From the beginning, Jess believed that whatever happened to his brother would happen to him. One night a year after his own cancer diagnosis, I got a phone call from him. Jmie found a lump in his groin. The cancer had spread. His voice shook slightly. "We will die," he said.
-----------------------------------------------------------------------------------------
I began to hope for a sign, something that would speak in its own language to the deep place of belief in this highly sophisticated and intellectual man. Perhaps a dream? Or a portent.

In the end, it was simpler than that. In the midst of a session, Jess has been speaking of his experience of being a twin, the inability of others to know him from his brother, the constant struggle to be his own person. His brother had always tried to close the space between them. He himself had always tried to establish boundaries. He felt nowthat this had been futile. What hope was there for being your own person when chance had made you identical twin? There could be no escape. In distress, he turned toward a shelf beside his chair on which I keep many small items given to me by my patients. Picking up the dice another client had left with me, he shook them hard and tossed them on the floor. "Chance!" he said bitterly.

The dice lay there on the rug, two perfectly identical cubes. One had come up a one and the other a six. We looked at them in silence. Then for the first time in months, Jess began to laugh. Sometimes all that is needed is a sense of possibility.

to me, who doesnt know how to find right diction for this right moment, i found so many insights from the chapter. may be we were not an identical twins, but put yourself as somebody who stands behind one's shadow. you may able to see how this story also affects you.

as i believe, life is not given to us for us. our presences are be aimed to wealth other's needs. so the presence or absence of ourselves is being seen as the good for others. if the presence is ruining the hemostasis, then we better leave. if God decides to make us leave, it will be more benefits left as we're gone.

so, it is fair enough to leave.
One winter morning he looked out of his window as he was
dressing. He did not hate the Winter now, for he knew that it
was merely the Spring asleep, and that the flowers were
resting.-Oscar Wilde in Selfish Giant

.